Cedera,
kata ini sangat populer di telinga kita terutama buat penggemar olahraga
sepakbola . Sering kita lihat dan dengar di lapangan saat ada
kejadian benturan antar pemain, atau jatuhnya pemain yang kemudian
pemain itu merintih atau berteriak
kesakitan sambil memegang bagian dari tubuhnya yang sakit, tidak lama
kemudian pemain itu dihampiri oleh rekan-rekannya, setelah melihat
bagian mana yang sakit salah seorang rekan mengatakan bahwa si dia
mengalami cedera, ada yang bilang “ankle/engkel” ada juga yang bilang
“bengkak” sampai ada yang bilang “hamstring”. Wah banyak juga istilah
cedera, apaan sih itu ankle, hamstring, ACL, dll ? kalau dalam bahasa
kita (Indonesia) disebut apa?.
Sebuah judgement
mengenai jenis cedera ini sebenarnya tidak dapat sembarangan, yang
dapat membuat pernyataan mengenai hal ini dengan pasti pastilah seorang
ahlinya atau orang yang pernah mengalami cedera serupa yang gejalanya
sama persis dengan apa yang pernah ia alami. Jika pernyataan jenis
cedera ini salah dan yang melakukan penanganan adalah orang yang “awam”,
maka akibatnya akan menjadi fatal. Kira-kira apa kita mau hobby yang
kita gemari ini tidak dapat kita mainkan lagi hanya karena pernyataan
dan penanganan yang salah?.
Karena
ketidaktahuan kadang kita langsung pergi ke Tukang pijat/Ahli terapis
tradisional untuk mengobati cedera itu, namun orang yang kita datangi
ini apakah benar-benar mengerti cara pengobatan yang tepat?.
Bagaimana cedera itu bisa terjadi?, apakah murni karena salah lawan yang menjaga kita terlalu ketat hingga melakukan sliding tackle
kepada kita?. Banyak sekali pertanyaan seputar cedera dan hal-hal lain
di luar yang mengiringinya, mulai dari penyebab, pelanggaran, jenis,
aturan, dan lain sebagainya.
Kata
cedera tidak pernah jauh dari pemain sepakbola, mengingat permainan ini
banyak menggunakan kerja otot tubuh dan kemungkinan berbenturan tubuh
antar pemain juga sangat tinggi. Cedera dapat berdampak langsung
terhadap masa depan karir dan kehidupan ekonomi keluarga dari pemain
sepakbola. Cedera yang dialami pemain sepakbola biasa terjadi saat
latihan maupun pertandingan, secara sengaja atau tidak sengaja, karena
faktor lapangan, gerakan tubuh yang salah, berbenturan dengan pemain
lain dan sebagainya. Bagian tubuh dari kepala hingga ujung kaki pemain
sepakbola berpotensi mengalami cedera ringan atau berat.
Cedera atau luka
menurut Wikipedia dalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi
tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
Luka di sini juga dapat merujuk pada luka batin atau perasaan.
Penyebab-penyebab cedera secara umum terjadi karena:
1. Pemanasan yang kurang atau salah
2. Gaya permaianan dan gerakan yang salah, dan
3. Pendinginan
Tak
sedikit pemain yang baru terdeteksi cedera setelah permainan usai
karena benturan atau tekel-an saat di lapangan dianggap yang tidak
parah. Sebenarnya cedera tidak hanya akibat benturan fisik dengan pemain
lain, melainkan juga akibat terlalu memaksakan otot untuk bekerja keras
sepanjang laga. Akibat paling umum dari benturan fisik adalah cedera
yang sifatnya akut atau traumatic, sementara pemaksaan otot dan
persendian dalam setiap pertandingan dapat memicu cedera yang sifatnya
akumulatif. Menurut sebuah penelitian di California, cedera dalam
olahraga sepakbola lebih banyak terjadi dalam pertandingan resmi yakni
35,3 kasus dalam 1.000 laga. Sedangkan saat latihan, cedera hanya
terjadi sebanyak 2,9 kasus dalam 1.000 sesi latihan.
Dikutip dari Sportsinjurybulletin, Senin (12/7/2010) berbagai cedera yang dialami adalah:
· Cedera ringan yang menyebabkan pemain harus absen kurang dari sepekan paling sering terjadi yakni 60,15%
· Cedera sedang dengan durasi absen sepekan hingga sebulan sebanyak 26,17%
· Cedera parah yang mengistirahatkan pemain lebih dari sebulan terjadi sebanyak 13,67%
Bagian
tubuh yang paling rentan cedera adalah kaki, Persentasenya mencapai 77%
dibandingkan lutut yang hanya 21% dan ankle atau pergelangan kaki
sebesar 18%. Namun dibandingkan pada bagian tubuh lainnya, cedera lutut
cenderung menyebabkan seorang pemain absen dalam jangka waktu paling
lama, cedera di bagian ini juga paling sering membutuhkan operasi
pembedahan untuk mengatasinya. Pada pergelangan kaki, sisi bagian luar
lebih rentan terkilir dibandingkan sisi dalam maupun tengah. Kerusakan
ligamen pada sisi luar juga cenderung lebih berbahaya dibandingkan pada
ligamen di sisi dalam. Sementara itu, kerusakan otot paling banyak
terjadi di bagian paha (groin) yakni 53%. Otot lain yang sering sobek
dalam permainan sepakbola adalah hamstring (42%) dan quadriceps atau
otot paha di sisi depan (5%).
Penelitian lain yang dipublikasikan dalam British Journal of Sport Medicine
mengungkap, cedera paling banyak terjadi pada 15 menit awal dan 15
menit menjelang laga berakhir. Risiko di menit-menit awal merupakan
akibat dari permainan keras dengan intensitas tinggi, sementara risiko
menjelang laga berakhir umumnya dipicu oleh kelelahan.
Penanganan umum cedera secara medis
Penanganan cedera dengan rehabilitasi medik terbagi berdasarkan perkembangan cedera yaitu:
1. Stadium Akut,
adanya pembengkakan dan nyeri akibat pembengkakan. Bertujuan untuk
mengatasi pembengkakan, edema yaitu dengan immobilisasi (tidak
bergerak), kompres es, obat-obatan dan terapi modalitas lain. Dapat
dimulai latihan gerak yang terbatas dan hati-hati.
2. Stadium Sub-Akut, pembengkakan berkurang. Nyeri akibat regangan jaringan ikat.
Bertujuan mengurangi perlengketan dan kontraktur yaitu dengan cara
latihan gerak aktif perlahan-lahan, intensitas bertambah secara
bertahap.
3. Stadium Kronik,
inflamasi/pembengkakan hilang. Nyeri yang timbul di sini bukan akibat
regangan jaringan ikat. Rehabilitasi di sini bertujuan untuk pemulihan
dengan latihan peregangan, penguatan otot dan latihan gerak fungsi
secara bertahap
Penanganan umum cedera secara tradisional
Seperti
halnya dalam menangani cedera dalam olahraga secara umum, cedera yang
menimpa pemain sepakbola seharusnya juga mendapatkan perawatan dan
pengobatan secara medis, namun pada kenyataannya seperti yang terjadi
pada beberapa kalangan dari pemain sepakbola di Indonesia, “mereka”
lebih memilih menjalani pengobatan alternatif atau yang biasa disebut
pengobatan tradisional, karena menurut mereka telah terbukti dan
memberikan hasil yang cepat dan memuaskan. Pertimbangan memanfaatkan
jasa pengobatan tradisional dalam mengobati cedera pemain sepakbola
daripada praktek kedokteran dipengaruhi oleh faktor biaya operasi yang
mahal, waktu pemulihan yang lama, dan kebiasaan turun-temurun yang sudah
lebih dulu dipercaya.
Dapat
disimpulkan bahwa pemain sepakbola menginginkan cedera tersebut dapat
disembuhkan secara instan agar kembali pada kondisi semula.
Tata
cara pengobatan tradisional pada dasarnya mengacu kepada mengembalikan
fungsi otot kembali normal melalui teknik pemijatan dan ditunjang dengan
ramuan tradisional. Tahap awal penyembuhan cedera olahraga dimulai
dengan melakukan pijatan di telapak kaki sebagai titik pusat peredaran
darah dan bukan pada bagian yang menderita cedera. Peranan ramuan
tradisional sama sekali tidak mengandung mistis di dalamnya, melainkan
memberikan pengaruh panas ke otot sehingga memperlancar peredaran darah.
Berdasarkan
pengalaman salah seorang pemain sepakbola professional, yang juga
pemain Tim Nasional Indonesia yaitu Ricardo Salampessy, saat ia
mengalami cedera lutut parah/berat, cedera itu dapat disembuhkan dengan
metode pemijatan dan ramuan tradisional dari Papua. Selama cedera
Slampessy secara rutin melakukan pemijatan pada lututnya yang dikerjakan
oleh ahli Terapis tradisional dan dioleskan juga ramuan yang terbuat
dari jahe merah asal Papua. Proses penyembuhan cederanya berlangsung
selama 3 bulan, sehingga waktu ini menjadi lebih cepat daripada jika
penanganan cedera dilakuakn dengan jalan operasi yang diperkirakan
memakan waktu 6 bulan penyembuhan.
Metode
penyembuhan yang dilakukan oleh ahli terapis tradisional untuk setiap
jenis cedera bervariasi, sebagai acuan titik pemijatan terletak pada
telapak kaki kemudian bergerak ke bagian lain tubuh yang berhubungan
dengan cedera. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai cara penanganan
cedera pada lutut, engkel, dan memar:
· Cedera lutut,
jika terjadi dislokasi lutut maka langkah awalnya adalah mengembalikan
posisi ujung lutut ke lokasi semula, pemijatan di telapak kaki dilakukan
agar peredaran darah mengalir lancer ke jantung, dilanjutkan dengan
pemijatan daerah sekitar lutut mengarah ke jantung.
· Cedera engkel, cedera
ini ditangani melalui pemijatan pada telapak kaki, kemudian dilanjutkan
ke bagian engkel secara perlahan sambil memberikan tekanan yang
mengarah ke atas. Untuk mengembalikan fungsi kerja otot, persendian
digerakkan kea rah berbeda.
· Cedera memar,
pemijatan berawal dari ujung kaki menuju otot bagian tubuh lain yang
masih berhhubungan dengan lokasi cedera. Untuk cedera memar tidak boleh
dilakukan pemijatan pada bagian yang cedera, hanya di lokasi sekitarnya.
Cara
pengobatan tradisional untuk mengobati cedera olahraga sepakbola maupun
sakit lain umumnya dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat di Indonesia.
Keyakinan kuat manfaat pengobatan tradisional sudah dikenal secara turun
temurun sebagai bagian dari budaya masyarakat lokal.
Menurut
dr. Jhon kambu, seorang dokter Tim sepakbola asal Papua menyatakan
bahwa beberapa pengobatan tradisional yang menggunakan metode pijatan
dan ramuan tradisional, tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran, namun
harus diingat bahwa dalam memilih ahli terapis tradisional hendaknya
selektif dan hati-hati, karena apabila terjadi kesalahan maka akibatnya
akan fatal yang dapat mengakibatkan pemain sepakbola itu tidak dapat
bermain kembali atau pensiun.
Jenis-jenis cedera
· Keseleo (Sprains), adalah jenis yang paling umum dari cedera sepak bola, pengobatan paling baik untuk cedera ini yaitu dengan metode "RICE" (Rest, Ice, Compression, Elevate)
· Patah Tulang (Fraktur account), merupakan seperempat dari semua cedera sepakbola yang serius (Cedera yang membutuhkan perawatan Rumah Sakit), Contohnya: patah tulang termasuk jari, pergelangan tangan, dan kaki.
· Ujung Kaki (Turf toe),
adalah cedera pada pangkal jempol kaki. Cedera ini sering disebabkan
karena berlari atau melompat pada permukaan yang keras seperti rumput
sintetis.
· Tendon (Achilles tendonitis), adalah
kondisi yang menyakitkan dari tendon di bagian belakang pergelangan
kaki. Terlambat dalam pengobatan, maka dapat menyebabkan peningkatan
resiko tendon achilles pecah.
· Pergelangan kaki (Ankle),
keseleo pergelangan kaki adalah cedera umum yang dialami pemain
sepakbola profesional. Semakin cepat cedera ini (Cedera ligamen
pergelangan kaki) diketahui dan diobati, maka semain cepat pula
pemulihannya.
· Ligamen (ACL tear),Anterior Cruciate Ligament atau lebih kita kenal dengan cedera ACL merupakan cedera lutut.
Sering menimpa pemain sepakbola, cedera ini dapat membuat pemain berada
di pinggir lapangan selama berbulan-bulan atau lebih.
· Tulang
rawan (Torn), cairan yang timbul di lutut terjadi ketika meniskus
mengalami luka. Meniskus di lutut adalah dua buah lingkaran tulang rawan
yang memiliki dua bantal dan mendukung lutut sendi.
· Pinggul (Hip pointer), yang dimaksud cedera pinggul adalah bahwa ada memar di tulang, atau mungkin patah tulang dari Pelvis.
· Gegar otak (Concussions), disebabkan
oleh benturan keras di kepala, cedera ini dapat menyebabkan penurunan
beberapa tingkat dari fungsi otak. Gejala gegar otak mungkin termasuk
kebingungan, masalah memori jangka pendek, dan kehilangan kesadaran.
· Luka (Spine),
jarang terjadi tapi sangat terlihat karena luka ini berada di luar
tubuh, terjadi ketika pemain berbentusan dan bergesekan dengan pemain
lawan atau bahkan dengan perangkat permainan seperti sepatu, rumput
lapangan, tiang gawang, dan lain sebagainya.
Cedera yang paling sering menimpa pesepakbola
1. Hamstring
Hamstring sendiri terdiri dari 4 otot, yaitu semitendinou;, semimebranosu;, biceps femoris caput lognu; dan caput breve. Jika salah satu dari 4 otot ini mengalami strain,
yaitu ketegangan yang mulai dari hanya tertarik ringan sampai putus
(biasanya pemain mendengar bunyi 'tuk' apabila salah satu ototnya
putus). Cedera ini terjadi otot tersebut harus melakukan gerakan secara
eksplosif/tiba-tiba seperti sprint. Penyebab lain yaitu otot yang sudah
lelah namun tetap dipaksa untuk bekerja. Karena otot selalu
berkontraksi, kadar asam menjadi sangat tinggi sehingga bila tiba-tiba
melakukan gerakan eksplosif, otot tersebut terkejut dan tidak siap
menerima tekanan.
Jika
mengalami hamstring tingkat 1 (ringan) pemain tidak bisa bermain selama
2 pekan, untuk tingkat 2 mesti absen sekitar 3-4 minggu, hingga tingkat
3 (putus) yang harus absen 6-8 pekan. Waktu rehat/istirahat ini harus
ditaati dengan tepat karena jika proses penyembuhan ini tidak utuh maka
cedera bisa berdampak panjang dan menjadi kronis.
Otot
Hamstring merupakan otot yang terletak di bagian belakang paha. Kita
seringkali mengalami cedera pada otot ini, terutama bagi mereka yang
sering berolah raga. Gangguan tersebut dapat berupa robekan atau
regangan otot. Pada cedera yang ringan, biasanya hanya mengalami
perasaan seperti tertekan pada paha bagian belakang, pada cedera yang
berat akan mengalami nyeri yang hebat hingga tidak dapat berjalan.
Cedera hamstring didiagnosis berdasarkan pada: Pemeriksaan fisik dan
Pemeriksaan penunjang seperti MRI
Jika seseorang mengalami cedera otot hamstring, maka yang dapat dilakukan adalah:
- Yang paling utama adalah mengistirahatkan otot yang terlibat
- Mendinginkan dengan es daerah yang sakit, terutama pada awal-awal cedera
- Menekan daerah yang sakit dengan perban elastis
- Memakai tongkat jika timbul rasa nyeri saat berjalan
- Meregangkan dengan perlahan paha dan pinggul
- Terapi fisik
- Operasi, dilakukan jika terbukti otot mengalami robekan
Untuk
mencegah terjadinya cedera hamstring, maka otot harus kuat dan lentur.
Untuk itu, perlu latihan peregangan dan penguatan otot yang baik. Selain
itu, sebelum melakukan olah raga, hendaknya selalu melakukan pemanasan
sebelumnya dan melakukan pendinginan sesudahnya.
Contoh kasus Hamstring,
· Puyol
(Barcelona) mengalami cedera hamstring saat tim-nya sedang bertanding,
menurut tim medis yang menanganinya, cedera ini terjadi karena masalah
rumput stadion yang terlalu keras.
· Esteban
(Arema) mengalami cedera juga saat sedang membela tim-nya, cedera
hamstring yang dialaminya juga karena kondisi rumput stadion kurang baik
(lapangan yang berlubang), dan diperkirakan absen selama 4 sampai 6
minggu (sekitar 7 pertandingan).
2. ACL (Anterior Cruciate ligament)
sendi
lutut dibentuk dari tulang paha, tulang tibia (tulang kering pada
tungkai bawah kaki) dan tulang tempurung lutut. ACL (anterior cruciate ligament)
adalah salah 1 dari 4 ligamen utama dalam sendi lutut yang
menghubungkan tulang paha dengan tulang tibia. ACL merupakan ligament
(jaringan ikat) di lutut yang sering sekali mengalami cedera. Sekitar
50% cedera ACL seringkali disertai dengan cedera struktur lainnya dalam
sendi lutut seperti kerusakan meniskus (bantalan tulang), tulang rawan
dan ligamen lainnya, hal tersebut dapat terlihat dari hasil magnetic resonance imaging (MRI).
Sebesar
70% cedera ACL terjadi melalui mekanisme non-kontak dan 30% terjadi
karena mekanisme kontak langsung (terbentur) dengan orang atau benda.
Jika seseorang mengalami cedera ACL, beberapa saat kemudian pasien akan
merasa nyeri, bengkak dan lutut tidak stabil. Beberapa jam kemudian,
bengkak akan menjadi sangat besar, gerakan lutut tidak bebas, nyeri
disekitar sendi dan rasa tidak nyaman saat berjalan. Fungsi ACL adalah
sebagai stabilitasi pada lutut. Tanda-tanda seseorang yang mengalami
cedera pada ACL-nya keluhan lutut seperti akan keluar darinya tempatnya.
Oleh sebab itu, sangat disarankan melakukan operasi jika mengalami
cedera ini.
Cedera
ini seringkali terjadi pada olahraga keras yang seringkali melompat dan
berlari (olahraga yang ketika lari kencang tiba-tiba berhenti atau
saat melompat tiba-tiba harus berputar) seperti sepakbola, futsal,
tenis, badminton, bela diri, dan basket.
Cedera
ini sangat berat dan menakutkan karena bisa mengakhiri karier seorang
atlet. Fungsi utama ACL adalah menyetop rotasi atau perputaran lutut dan
kaki, Cedera ini terjadi bila saat badan berputar atau jatuh, paha atas
berputar kearah dalam dan kaki bawah berputar kearah luar. Komplikasi
cedera ini adalah melekatnya salah satu ujung ACL di meniscus, ACL
mengalami over stretch (meregang secara berlebihan), dan menarik meniscus itu sampai lepas dari lutut kaki. Apabila cedera ini cukup parah maka pemain tersebut terkena cedera ganda yaitu ACL dan meniscus, jika mengalami ini tingkat pemulihannya sangat lama.
Setelah
dioperasi total masa rehabilitasinya bisa mencapai 9 bulan dan harus
ditaati. Pada bulan ke-6 pemain bisa mulai berlatih ringan dengan bola,
setelah 9 bulan baru pemain diijinkan berlatih di atas lapangan, ini
tentu saja tergantung dari fisik pemain sendiri serta sesuai dengan
statemen dari dokter yang menangani. Sebaliknya jika tidak segera
diatasi, maka rasa nyeri yang timbul tidak akan hilang, orang
tersebut tidak dapat beraktivitas, dan memicu terjadinya perkapuran
dini.
Bagaimana cara pendiagnosaan robekan pada ACL?.
Pendiagnosa
robekan ACL dapat dilakukan saat mendengar suara seperti ada yang patah
dalam sendi dan sangat jelas terdengar, seketika itu juga orang
tersebut akan limbung dan terjatuh, namun setelah beberapa saat kemudian
dapat berjalan kembali walaupun dalam keadaan tidak seimbang, nyeri
yang dirasakan membuat sendi lutut sulit digerakkan dan menimbulkan
bengkak.
Robekan
pada ACL mengakibatkan pembengkakan pada lutut dan rasa sakit yang
teramat sangat, pada saat penyelidikan dokter anda akan mencari
tanda-tanda ketidakstabilan pada lutut. Spesial test tersebut adalah
dengan memberikan tekanan pada ACL dan akan menditeksi robekan ligament.
MRI juga digunakan untuk memastikan robeknya ligament dan juga untuk
melihat apakah ada bagian lain yang rusak. Banyak pasien dengan robekan
ACL mulai merasa baikan dalam masa beberapa minggu dari tanggal
kejadian, mereka akan merasakan lututnya kembali seperti normal tetapi
masalah dengan ketidakstabilan mungkin masih terasa.
Bagaimana perawatannya?.
Biasa operasi robeknya ACL dinamakan Rekonstruksi ACL atau juga disebut dengan ACL Reconstruction.
Perbaikan ligamen mungkin dilakukan, yaitu dengan merekonstruksi dengan
menggunakan urat atau ligament yang lain untuk disambungkan pada
ligament yang putus. Ada beberapa pilihan untuk melakukan operasi ACL,
pilihan yang paling signifikan adalah jenis korupsi yang digunakan untuk
merekonstruksi ACL robek, ada juga variasi dalam prosedur seperti
rekonstruksi ACL baru “double-bundel”.
Bagaimana rehabilitasinya?.
Rehabilitasi
adalah salah satu aspek yang paling penting, tapi terlalu sering
diabaikan setelah rekonstruksi bedah ACL. Rehabilitasi setelah operasi
ACL berfokus pada gerakan kembali dan kekuatan, dan meningkatkan
stabilitas sendi untuk mencegah cedera masa depan. Disamping pedoman
umum untuk pemulihan ACL, juga sangat penting untuk setiap orang
mengikuti latihan rehabilitasi yang memungkinkan pada lutut seseorang.
Proses yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat menjadi pedoman
untuk hasil keseluruhan dari operasi, oleh sebab itu sangat penting
untuk memastikan ahli terapi dan dokter anda untuk menuntun masa
rehabilitasi anda.
3. Meniscus
Meniscus
adalah bantalan sendi lutut berbentuk seperti cincin dan berfungsi
sebagai penahan benturan. Cedera pada struktur ini sangat sering terjadi
dan sebagian besar karena olah raga. Biasanya berupa cedera saat lutut
terpuntir (twisted knee) mendadak. Olah raga yang sering menyebabkan
cedera menicus, antara lain sepakbola/futsal, tenis, badminton dan bola
basket.
Cedera
yang lumayan parah. Meniscus adalah semacam tulang putih yang membantu
menstabilkan lutut saat menekuk sehjingga tidak ada pergerakan ke arah
samping, Seperti yang telah dibahas di atas, cedera ini bisa terjadi
bila ACL tertarik sangat keras. Berenang, bersepeda, dan menekuk lutut
adalah hal yang sangat tidak disarankan, apabila meniscus dioperasi maka
pemulihan bisa mencapai 3-6 bulan. Ada juga kemungkinan komplikasi
meniscus, maksudnya yaitu setelah meniscus dibersihkan meniscus tidak
akan tumbuh kembali, sehingga jadi gesekan secara langsung antara tulang
paha dan tulang kaki bawah. Peredaran darah yang jelek pada meniscus
juga menyebabkan proses penyembuhan menjadi lambat.
Gejala yang timbul sering dianggap sebagai “keseleo”
biasa karena pasien masih bisa berjalan, namun keadaan akan menjadi
buruk karena akan timbul gejala nyeri di sendi yang makin hebat,
sehingga jalan menjadi pincang; sendi lutut sulit untuk digerakkan/
tidak dapat diluruskan/tidak dapat dilipat dan terkadang pasien merasa
ada yang bergerak-gerak di dalam sendi. Diagnosis yang tepat hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan MRI.
Pengobatan
dapat mulai dengan yang sederhana seperti istirahat, obat-obatan sampai
pada keadaan yang parah diperlukan tindakan operasi Arthroscopy.
Arthroscopy adalah sebuah alat yang digunakan oleh dokter untuk melihat
langsung keadaan sendi yang terganggu, karena dengan Arthroscopy dapat
terlihat keadaan sendi yang terganggu yang belum pernah terlihat
sebelumnya, oleh sebab itu Arthroscopy dikategorikan sebagai salah satu
alat diagnostik yang canggih. Pada masa lalu Arthroscopy hanya
menguntungkan pada sendi lutut tetapi sekarang ada beberapa jenis sendi
lain yang dapat memperolah keuntungan tersebut, dengan Arthroscopy
diagnosis pembedahan menjadi lebih akurat, didapat ketepatan treatment dan dapat melaksanakan prosedur-prosedur pembedahan, karena tindakan yang dilakukan melalui insisi
kecil, biasanya dengan prosedur yang sama dan sedikit trauma di
jaringan akan membantu proses penyembuhan menjadi lebih baik. Tetapi
Arthroscopy bukanlah satu-satunya untuk setiap kondisi, contohnya dalam
kondisi yang membutuhkan kesembuhan penuh termasuk waktu pengobatan dan
rehabilitas. Diagnostik dengan Arthroscopy pada umumnya digunakan
bersama dengan tindakan bedah terbuka. Bedah terbuka ini dilakukan pada
sendi dengan tujuan menemukan jalan untuk melakukan eksisi (pengambilan
jaringan/bagian yang rusak). Alat Arthroscopy dapat menjangkau suatu
titik pembedahan dimana ahli bedah dapat melakukan beberapa prosedur
yang sama seperti yang telah dilakukan pada pembedahan secara terbuka
tetapi hal ini melalui insisi yang lebih kecil. Namun demikian, eksisi
tetap dapat mengganggu jaringan dan menyebabkan pendarahan, pembengkakan
serta rasa nyeri. Bahkan setelah diagnostic Arthroscopy tersebut masih
diperlukan waktu yang agak lama untuk proses rehabilitasinya
4. Muscle Strain
Muscle
strain bukanlah cedera yang parah, tetapi bila tidak ditangani dengan
baik, strain akan berlanjut tersu menerus dan menjadi kronis, otot yang
biasanya terkena terletak di betis dan paha. Overstretching bisa
terjadi di otot-otot tersebut. Apabila cedera ini terjadi, stretching
atau peregangan otot harus dihindari, bila tetap dilakukan justru cedera
akan bertambah parah. Muscle strain termasuk cedera ringan, dalam 7
hari pemain bisa “merumput” lagi.
5. Pattela Tendonitis
Cedera
ini sering terjadi atau dirasakan setelah pemain berlatih atau
beranding di lapangan yang keras. Salah dalam memilih jenis, ukuran dan
bentuk sepatu juga menyebabkan rasa sakit ini, contoh: pemakaian sepatu
“Pul 6” di lapangan keras. Rasa sakit biasanya terasa di bagian bawah
lutut, cedera ini bisa pulih dalam 5-7 hari. Peregangan otot juga harus
dihindari, salah satu faktor yang memprovokasi cedera ini adalah
ketidakseimbangan antara otot quadriceps, contoh: vastus medialis lebih lemah dibandingkan vastus lateralis, ini membuat Q-angle dari pattela sehingga terjadi iritasi di lutut, akibatnya pattela tendonitis menjadi cedera yang gampang terjadi di lutut
Pengobatan:
Selain obat dan terapi, juga dapat dilakukan metode RICE (Rest, Ice, Compress, and Elevate),
dengan rest/istirahat maka akan mengurangi ketegangan tendon, ice/es
untuk mengurangi rasa sakit, itu juga termasuk dalam compress dan
elevate. Proses penyembuhan biasanya memakan waktu 2-3 hari sampai
dengan 4-6 minggu. Metode penyuntikan steroid memang cepat namun tidak
baik untuk jangka panjang atlet.
Contoh kasus Pattela Tendonitis :
Hargreaves (Manchester United) mengalami cedera Patellar tendonitis
(Radang pada tendon yang mengikatkan otot betis di tulang kering
kakinya) yang mengharuskannya melakukan operasi di Amerika Serikat,
pengobatan ini membuatnya absen di lapangan selama lebih dari 1 tahun.
Menghindari cedera untuk pesepakbola profesional
Untuk
kasus pada sepak bola internasional terjadi 20 kasus (66% gagal jantung
dan selebihnya adalah benturan di organ vital). Maka berkaca pada
kejadian tersebut, penulis menyarankan kepada pelaku sepak bola nasional
untuk menerapkan safety guna menghindari terjadinya cedera pada
olahraga. Mengingat kompetisi di Indonesia yang jadwalnya sangat padat
dapat memengaruhi recovery pulih asal jantung dan otot pemain.
Hai ini menuntut keterbukaan antara klub dan pemain agar prestasi
tercapai maksimal dan pemain tetap berada dalam kondisi prima. Adapun
langkah yang harus ditempuh sebagai berikut: (Di luar general medical checkup pada masa periodesasi),
1. Menjelang
pertandingan dan pagi hari sebelum pertandingan berlangsung diadakan
pemeriksaan denyut nadi istirahat (rest heart rate) 50–70 detak/menit.
Angka ini menunjukkan bahwa pemain dalam kondisi fisik dan kesehatan
yang stabil dan siap bermain untuk 2 x 45 menit. Bila RHR berada di atas
angka tersebut (50–70 detak/menit), misalnya 80–100, ini wajib
dikonsultasikan kepada dokter tim apakah pemain tersebut siap bermain
untuk 2 x 45 menit terlebih bila yang bersangkutan mengalami kenaikan
suhu tubuh dan demam.
2. Saat
istirahat pertandingan babak pertama, pemain harus menjalani
pemeriksaan maksimum heart rate (MHR), terutama pada pemain yang
terakhir melakukan gerakan berlari/aktif. Apabila MHR pemain tersebut
berada pada kisaran 130–150 detak/menit, artinya pemain tersebut masih
mampu bermain pada 45 menit babak kedua dengan intensitas tinggi,
apabila MHR-nya berada di kisaran lebih dari 150 detak/menit, maka yang
bersangkutan harus diobservasi pada babak kedua untuk menghindari
kelelahan berlebihan yang bisa berakibat pada terjadinya cedera berat
langsung ataupun tidak langsung, terutama yang berkaitan dengan kerja
jantung.
Dalam
menjalankan program latihan fisik pun, pemain harus dilengkapi alat
pemeriksa detak jantung. Tujuannya agar sasaran komponen fisik yang
dilatih tercapai sesuai dengan rumus training zone (220–usia) untuk
menghindari overtraining.
Menghindari cedera untuk pesepakbola amatir/pemula/hobby
Untuk
menghindari cedera otot bagi pesepakbola amatir atau pemain futsal, di
sini perlu diingat bahwa penting untuk melakukan pemanasan, peregangan
sebelum permainan dan juga pendinginan setelah permainan.
Pemanasan
khususnya pada daerah kaki sebelum melakukan latihan yang berat dapat
membantu mencegah terjadinya cedera. Gerakan ringan selama 3-10 menit
akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap
cedera.
Pendinginan
adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan.
Misalnya dengan lari-lari kecil. Pendinginan mencegah terjadinya pusing
dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara
tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk
sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala.
Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat
dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada
hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
Latihan
peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi
memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan
bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan,
hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah
raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.
Cedera yang sering menimpa pesepakbola amatir / pemain futsal
Untuk pemain futsal yang baru mulai, sering mengalami cedera karena kurangnya pemanasan. Salah satunya adalah “Plantar fascitis”,
Plantar fascitis adalah pembengkakan dengan rasa nyeri karena adanya
suatu robekan kecil pada otot plantar fascia yang terjadi karena
penggunaan berlebihan atau tarikan berulang plantar fascia. Keadaan ini
menyebabkan rasa nyeri di bawah telapak kaki bagian belakang dekat
tumit, dan ini disebabkan karena gerakan berulang-ulang yang menyebabkan
regangan tiba-tiba. Selain kurangnya pemanasan juga disebabkan berlari
di lapangan yang keras seperti lapangan futsal.
Cedera
kedua yang mungkin terjadi adalah “tendenitis achiles”. Gejala yang
dirasakan adalah rasa nyeri pada urat daging yang membentang dari otot
betis ke tumit terutama pada pagi hari. Tendinitis Achiles disebabkan
oleh karena penggunaan berlebihan pada otot kaki, permukaan lapangan
yang keras, sepatu yang tak tepat (terlalu sempit), sudah lama tak
latihan fisik dan penyakit rematik.
Cedera ketiga adalah “strain”
atau “pegal-pegal”. Mulai dari yang ringan hingga yang berat, cedera
ini disebabkan karena latihan/gerakan berlebihan pada otot tertentu.
Pada
futsal sama seperti pada olah raga sepak bola, seringkali sewaktu
pemain sedang menendang bola, pemain lawan juga ingin menendang bola
sehingga gerakan kaki yang sudah diukur bisa lebih dari yang diharapkan
karena benturan kaki lawan sehingga bisa menimbulkan yang namanya overstreching. Kondisi lapangan yang licin juga dapat menyebabkan overstretching (terlalu meregang) karena terpeleset
Cedera yang agak berat adalah “ankle sprain”,
cedera ini bisa terjadi karena “tekelan” dari lawan main atau sewaktu
pemain ingin menendang bola tetapi kurang menaikkan kakinya sehingga
sisi luar telapak kaki “menyeret” lantai lapangan, masyarakat
awam menyebut cedera ini sebagai “sakit engkel”. Gejalanya bisa ringan
maupun berat, mulai dari rasa sakit sewaktu berjalan hingga
pembengkakan.